gambar pembukaan pembelajaran santri baru di gedung serbaguna al-akbar
Hari – hari menjadi santri akhirnya dijalani
juga setelah dilakukan pembukaan oleh syekh AS panji gumilang di gedung serba guna al- akbar, banyak teman santri yang nangis dan haru karna harus berpisah dengan
orang tua mereka masing - masing, dimana
ini merupakan pengalaman baru hidup di dalam sebuah pondok pesantren yang megah
dengan dindng tembok tebal yang membatasi dari akses untuk keluar atau masuk.
gedung serba guna al - akbar jika dilihat dari asrama al - madani
Hal
pertama menjadi masalah utama dari sesuatu hal yang baru yaitu penyesuaian,
baik penyesuaian terhadap teman dari berbagai macam daerah, makanan, jadwal
serta sikap dan prilaku. Untuk penyesuaian terhadap teman karna santri – santri
terdiri dari beberapa daerah, maka para santri biasanya berjalan berbareng ke
suatu tempat kebanyakan bareng sama kelompok daerahnya masing – masing,
walaupun dari pihak pesantren mengelompok tiap kamar yang anggotanya terdiri
dari beberapa daerah, tetap saja kalo jalan kemana pasti bareng dengan teman
yang sama dari daerahnya, walaupun ada beberapa yang bisa menyesuaikan dengan
berjalan dengan santri berbeda daerah tapi secara mayoritas pada semester
pertama masih banyak seperti itu
sekedar
informasi kebanyakan teman – teman yang masuk ke pesantren ketika ditanya ada
yang emang keinginan sendiri ataupun keinginan dari orang tua, kalo keinginan
sendiri biasanya memang kemampuan agamanya bagus dan pribadinya baik, yang
masalah ini adalah jika anak yang berdasarkan keinginan orang tuanya, biasanya
anak yang dimasukan cenderung nakal dan manja, makanya dimasukkan ke pesantren oleh
orang tuanya agar anak bisa lebih mandiri. Cara yang efektif untuk mengetahui
karakternya adalah dengan cara melihat kondisi susunan baju dan barangnya di
dalam lemari serta kemampuan bangun di waktu subuh.
Dalam
segi makanan alhamdulillah dari pihak pesantren telah mencukupi gizi dengan
baik dengan makanan 4 sehat 5 sempurna, dan ada beberapa makanan yang tidak
boleh dikonsumsi seperti segala jenis permen , mie instan serta penyeda rasa
dan yang paling penting adalah rokok. Yang paling saya rindu disana adalah
kondisi udara yang bersih dan bebas polusi, karna alat transportasi didalam
pesantren sepeda yang hanya dipakai oleh
para ustad dan ustadzah, serta para karyawan lain. Adapun untuk mobil yang
boleh masuk adalah mobil pengantar sembako dan truk pengantar bahan bangunan.
Pernah
ada suatu kejadian mobil pengantar sayur yang merupakan vendor penyuplai
kebutuhan sayur bagi makanan santri sehari – hari , dimana makanan disuplai
oleh mobil vendor tersebut pada jam 2 pagi. Karna sang sopir mempunyai
kebiasaan merokok dan ketahuan merokok ketika jam 2 pagi akhirnya pihak
pesantren memutuskan kontrak langsung pada keesokan harinya, karna dari dulu
ustad saya sering mengatakan kepada kami bahwa “ ROKOK ADALAH JEMBATAN UTAMA
MENUJU NARKOBA”.
Untuk
kegiatan jadwal keseharian di pondok pesantren bisa anda lihat diatas. Dimana banyak
dari beberapa santri yang belum bisa menyesuaikan dengan jadwal tersebut. Saya jadi
teringan dengan pesan seorang TNI yang satu bus ketika perjalanan dari sby –
jkt dimana beliau baru selesai bertugas di timor – timor atau sekarang jadi
negara timor leste. “ jika tubuh perlu waktu sekitar 6 minggu untuk
menyesuaikan kondisi alam dan cuaca yang baru. Berbeda dengan sikap dan prilaku
kita perlu memerlukan sekitar 6 bulan untuk penyesuaian kondisi masyarakat yang
berbeda”. nach mungkin hal ini yang menyebabkan banyak santri yang keluar dari
pondok pesantren pada semester pertama bahkan mungkin hal ini juga berlaku
ketika saya kuliah.