Kilas
balik cerita pengalaman saya ketika menimba pendidikan dan ilmu agama di pondok
pesantren, mungkin bisa menjadi pengobatan kerinduan untuk kembali melihat atau
berkunjung kembali kesana, dimana udah tidak terasa 8 tahun sudah sejak
meninggalkan pesantren tersebut yang selama 6 tahun berada disana mulai tahun
2000 – 2006. mengingat waktu reuni akbar
angkatan kian dekat, yang insya allah akan berlangusng pada tanggal 1 Juli 2016
bertepatan sepuluh tahun setelah meninggalkan pesantren tersebut pada tanggal 1
Juli 2006, kayaknya saya ingin bernostalgia menuliskan beberapa pengalaman
menarik ketika saat proses penerimaan santri dan menjadi santri selama 6 tahun
di pondok pesantren termegah di asia tenggara yang saat ini dikatakan sebagai
pesantren yang kontroversi MAHAD AL -
ZAYTUN
Ketika
tahun 1999 waktu menempuh pendidikan di Sekolah Dasar (SD) kelas 6 dimana saat
itu tidak ada terbesit keinginan untuk melanjutkan ke pesantren yang terbanyang
hanya setelah lulus SD ingin masuk ke SMP favorit di banjarmasin. Dimana pada
waktu itu ingin satu SMP dengan kakak yang terlebih dahulu bersekolah di SLTP
24 Banjarmasin. Ketika waktu SD saya
termaksud anak yang nakal, dimana setelah pulang sekolah saya sering bermain
diluar dan pulang ketika senja magrib tiba, yach banyak permainan yang
dilakukan dengan teman sebaya dahulu baik bermain layang – layang, kelereng,
mandi di sungai, dan menyewa play station yang pada waktu itu termaksud
permainan yang mewah.
Entah
kenapa ketika waktu itu saya sering lupa waktu jika bermain diluar, yah mungkin
dunia anak – anak harus seperti itu sehingga orang tua saya sangat mentoleransi
main diluar sana. Satu pesan yang saya masih ingat hingga saat ini dari orang
tua “nak, jika kamu main diluar yang penting kamu setelah pulang sekolah pulang
dulu kerumah makan siang dan ganti baju, setelah itu bermain lah sepuasnya
diluar dengan catatan udah mendapatkan ijin dari orang tua”.
Suatu
ketika ketika liburan sekolah SD dimana pada tahun itu sistem pendidikannya
menerapkan sistem per caturwulan dimana dalam satu tahun kita mendapatkan libur
3 kali dalam setahun, yang berbeda dengan sistem sekarang yang menerapkan
sistem semester yang liburnya lebih sedikit yaitu 2 kali dalam setahun. Pada
saat itu ada salah satu teman kelas SD yang menghabiskan liburan dipulau JAWA
(jika di kalimantan walaupun kita dijakarta atau di surabaya tetap saja
anggapannya ke pulau JAWA) dimana saat itu dengan bangganya dia memperlihatkan
foto – foto liburannya yang membuat iri para teman – teman sekelasnya yang ada
disitu termaksud saya. Setelah itu pulang sekolah saya menceritakan kepada
orang tua saya tentang keseruan teman saya yang berlibur sekeluarga di pulau JAWA
dengan harapan orang tua mungkin akan berpikir atau merencanakan untuk memenuhi
keinginan saya bisa meninjakkan kaki di pulau JAWA. Dan jawaban dari orang tua
yang masih saya ingat hingga saat ini “ ga usah nak, nanti juga kamu akan lama
berada disana” ucap ayah saya.
Ketika
kecil saya merasa bahwa ayah saya termaksud orang tua yang tidak loyal dengan
anaknya, ketika ayah yang lain sering membelikan hadiah atau apresiasi ketika
kita berprestasi di sekolah, ayah tidak pernah memberikan hadiah. Ketika ayah
yang lain merayakan ulang tahun anaknya, itu tidak berlaku dengan ayah, dimana
masa kecil saya tidak pernah merasakan perayaan ulang tahun. Akan tetapi,
walaupun ayah mungkin jika dilihat sama teman sekantornya atau adik - adiknya
bukan sosok ayah yang baik. Tapi menurut saya dia adalah sosok ayah yang paling
baik didunia. Dimana beliau lebih memilih resign dari pekerjaannya yang
bergajih besar diluar pulau hanya untuk memilih mendidik perkembangan anaknya
ketika masih kecil hingga dewasa dan lebih memilih berwirausaha kecil – kecilan
dirumah. Walaupun beliau pelit ketika anaknya minta dibelikan sesuatu seperti
sepeda, mainan dll tapi untuk hal
pendidikan itu berbanding 360 derajat, dimana beliau sangat loyal dalam hal
pendidikan, bahkan dalam candaan beliau ketika saya dan kakak saya bertengkar
beliau sering mengatakan. “nak, kalo misalnya ayah dipanggil allah sekarang
kira – kira kalian bisa hidup akur tidak ya”.
Saya menjawab “ engga tahu yah”. “makanya belajar yang rajin dan sholat
lah, biar tau jawabanya” ujar beliau.
Hal
yang membuat saya salut akan ayah tentang pentingnya pendidikan ketika ayah
menganjurkan saya untuk masuk ke pesantren. Pertama saya menolak dimana saya
pasti akan meninggalkan rumah dalam jangka waktu yang lama, serta bayangan mengerikan
di pesantren yang sering di katakan oleh teman – teman yang pernah memondok di
pesantren malah salah satu teman saya ada yang bilang bahwa di pesantren itu
lebih menakutkan dari pada ketakutan kita pada waktu kecil ketika akan di
sunat. Akan tetapi hal itu musnah ketika saya ditunjukkan kemegahan pondok
pesantren MAHAD AL – ZAYTUN, dimana
kita bisa berteman dengan santri yang berasal dari seluruh indonesia, makanan
yang sangat begizi baik, tidak seperti pesantren yang lain, dipesantren ini
makanannya memenuhi pesyratan 4 sehat 5 sempurna, kamar dan kelas yang bagus,
udara yang bersih, fasilitas olahraga yang lengkap dan satu yang paling menarik
bagi saya yaitu saya bisa menginjakkan kaki di pulau JAWA yang akhirnya membuat
saya ingin menjadi santri di pondok pesantren tersebut
Ternyata
masuk atau menjadi santri di MAHAD AL – ZAYTUN tidak semudah yang saya
perkirakan, dimana setiap calon santri harus hafal JUZ ‘AMMA(yaitu juz 30 pada
al-qur’an) serta lulus test tuils dan wawancara, untuk itu MAHAD AL – ZAYTUN
mempunyai beberapa koordinator tiap daerah yang membimbing para calon santri
untuk bisa menghafal juz ‘amma serta yang mengkoordinir calon santri bahwa
santri yang sedang mengeyam pendidikan di MAHAD AL – ZAYTUN, dimana para
koordinator ini tersebut di 27 provinsi di seluruh indonesia (pada saat itu
indonesia masih terdiri 27 provinsi, tp kalo sekarang berapa yach .... :D),
selain itu juga kita dikenakan tarif biaya pendidikan yang lumayan aneh menurut
saya, biaya yang dikenakan adalah $ 9000 atau sekitar 9 juta rupiah jika
dikalikan kurs rupiah $1 = Rp 10.000
yang pada tahun itu nominal uang segitu udah bisa naik haji, akan tetapi
uang sebanyak itu untuk biaya pendidikan yang terdiri dari seragam, makan 3 kali
sehari, fasilitas asrama, air , listrik lemari, tempat tidur, buku pelajaran
untuk jangka waktu 6 Tahun. Wow
biaya yang sangat murah kan, walaupun mahal didepan tetapi sangat murah untuk
jangka waktu selama itu.
Wah kaka Persada dong yaa :D
BalasHapus