Sri Mulyani Indrawati lahit di Bandar
Lampung, 26 Agustus 1962 merupakan calon
kuat Presiden Bank Dunia, yang saat ini menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. Sebelumnya
dia menjabat menteri keuangan Kabinet Indonesia Bersatu. Begitu, dia berkantor
di Kantor Bank Dunia, dia praktis meninggalkan jabatannya sebagai menteri
keuangan. Dia seorang yang cerdas dalam bidang perekonomian. Karirnya sebagai
menteri keuangan pada masa kepemimpinan SBY dimulai saat dirinya menggantikan
mentri keungan sebelumnya yaitu Jusuf Anwar.
Sebelum
menjabat menteri keuangan, dia menjabat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional / Kepala Bappenas dari Kabinet Indonesia Bersatu. Sri Mulyani
sebelumnya dikenal sebagai seorang pengamat ekonomi di Indonesia. Ia menjabat
Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia (LPEM FEUI) sejak juni 1998. Sejarah karir beliau pada saat sebelum
menjabat sebagai menteri keuangan juga cukup cemerlang. Beliau pernah
dinobatkan sebagai Menteri Keuangan Terbaik Asia untuk tahun 2006 oleh Emerging
Markets pada 18 September 2006 di sela Sidang Tahunan Bank Dunia dan IMF di
Singapura. Ia juga terpilih sebagai wanita paling berpengaruh ke – 23 di dunia
versi majalah Forbes tahun 2008 dan wanita paling berpengaruh ke – 2 di
Indonesia versi majalah Globe Asia bulan Oktober 2007.
Ia
primadona, cerdas, jelita dan popular. Analisisnya kristis, lugas dan jernih.
Kiprahnya sudah teruji di birokrasi dan lembaga internasional. Kurang dari
empat tahun, tiga jabatan menteri disandangnya, setelah sebelumnya menjadi
konsultan di USAid dan Execetive Director IMF. Dia perempuan dan pemimpin muda
berpotensi jadi presiden.
Tiga
jabatan menteri yang disandangnya itu baru pertama kali dipimpin perempuan.
Mulai dari Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas,
Menteri Keuangan dan Plt Menko Perekonomian Kabinet Indonesia Bersatu. Presiden
menunjuknya sebagai pelaksana tugas Menteri Koordinator Perekonomian menggantikan
Boediono yang terpilih menjadi Gubernur Bank Indonesia. Dia merangkap jabatan
menteri keuangan setahun setelah menjabat Menteri Negara PPN / Kepala Bappenas
Kabinet Indonesia Bersatu, mantan Executive Director IMF ini dipercaya menjabat
Menteri Keuangan menggantikan Yusuf Anwar dalam reshuffle KIB yang diumumkan 5
Desember dan dilantik 7 Desember 2005.
Sebelumnya
berkali – kali diisukan akan menjadi menteri, ternyata ia malah go
internasional. Namun setelah menjadi konsultan di USAid, kemudian Executive
Director IMF, dia pun dipercaya Presiden Yudhoyono menjabat Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas Kabinet Indonesia Bersatu. Seusai serah
terima jabatan dari menteri sebelumnya, Kwik Kian Gie, di Gedung Bappenas,
Jakarta, Kamis (21/10/2004). Sri Mulyani Menjawab wartawan perihal dirinya yang
pernah bekerja pada Dana Moneter Internasional (IMF), lembaga yang banyak
dikecam masyarakat, menjamin tidak aka nada intervensi dari IMF terhadap
kebijakan ekonomi Indonesia.
“Saya
ini seorang, IMF itu 3.000 orang. Tidak bisa satu orang membawa kebijakan IMF.
Saya juga seorang dari 34 menteri yang diangkat dalam Kabinet Indonesia
Bersatu. Jadi, programnya saya rasa bukan atas selera pribadi atau satu
lembaga, tapi keputusan bersama,” katanya. Dia menegaskan hanya ingin bekerja,
menunjukkan fungsi Bappenas sebagai wadah konsolidasi dan konsultasi seluruh
jajaran kabenit untuk merencanakan kebijakan pembangunan. Setelah diangkat
menjadi Menteri, Sri Mulyani akan meninggalkan jabatannya sebagai Direktur
Eksekutif IMF untuk Asia Pasifik. Mengenai program dalam waktu dekat, Sri belum
bisa mengatakannya sekarang karena harus berkonsultasi dengan departemen teknis
dan berbagai pihak lainnya. Menurutnya, ada tiga faktor penggerak pertumbuhan
ekonomi, yaitu fiskal, konsumsi, dan investasi. Jika mengandalkan fiskal,
tampaknya berat karena utang pemerintahan masih besar. Selain itu, adanya
alokasi subsidi yang besar juga membuat ruang gerak mendorong pertumbuhan
menjadi terbatas.
Dia
menegaskan, investasi mutlak dibutuhkan Indonesia saat ini untuk menyokong
pertumbuhan ekonomi. Indonesia tidak bisa lagi mengharapkan tingkat konsumsi
dan kebijakan fiskal sebagai pertumbuhan ekonomi. “Untuk mendorong peningkatan
investasi, perlu adanya perbaikan iklim investasi dan infrastruktur yang
memadai. Itu perlu dilakukan jika pemerintah ingin mencapai pertumbuhan ekonomi
yang tinggi,” kata Sri Mulyani, Di sisi lain, pemerintah tidak mungkin terus –
menerus menggantungkan pertumbuhan ekonomi pada konsumsi. Jadi, katanya, untuk
mengacu pertumbuhan dengan cara menggerakkan sektor riil dan investasi
diperlukan suatu iklim investasi yang baik. “Agar itu bisa berlangsung lama,
diperlukan stabilitas makro ekonomi,” ujar Sri Mulyani.
Sebelum
diangkat menjabat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas
Kabinet Indonesia Bersatu, dia hijrah ke Atlanta, Georgia, Amerika Serikat
(AS), sebagai konsultan di USAid sejak Agustus 2001. Kemudian, terpilih menjadi
Executive Director Dana Moneter International (IMF) mewakili 12 negara Asia
Tenggara (South East Asia / SEA Group). Dia perempuan pertama dari Indonesia
menduduki posisi itu. Sri Mulyani Indrawati atau akrab dipanggil Mbak Ani,
adalah ekonom yang cantik, luwes, cerdas dan populer. Sejak paruh kedua decade
1990-an namanya bisa disejajarkan dengan para selebriti dunia hiburan, akibat
seringnya tampil di panggung – panggung seminar atau dikutip di berbagai media
massa.
Komentar
dan analisisnya kritis, lugas, jernih dan populer. Ia primadona seminar dan
talk show di televise kala itu. Selain sering muncul di seminar – seminar,
dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE-UI) ini juga sempat aktif
menjadi penasihat pemerintah bersama sejumlah ekonom terkemuka lain dalam wadah
Dewan Ekonomi Nasional (DEN) pada era pemerintahan Abdurrahman Wahid. Setelah
Megawati menjadi Presiden, dia disebut – sebut cukup dekat dengan Megawati dan
sempat menyertai Megawati dalam sejumlah acara. Bahkan sempat diisukan akan
ditunjuk menduduki salah satu posisi penting di cabinet. Namun, mendadak sejak
Agustus 2001, namanya menghilang dari peredaran di dalam negeri.
Rupanya
anak binaan kesayangan Prof Widjojo Nitisastro yang lama memimpin Lembaga
Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi UI ini, sejak
tanggal 10 Agustus 2001, sudah hijrah ke Atlanta, Georgia, Amerika Serikat
(AS). Menurut pengakuannya, rencana pindah ke AS sudah lama, dalam rangka kerja
sama dengan bantuan milik pemerintah AS, USAid dengan program otonomi daerah
untuk perkuatan institusi di daerah. Yaitu, memberikan beasiswa S-2 untuk
pengajar di universitas di daerah Aceh, Kaltim, Sulut, Papua dan Jawa.
Programnya di Amerika memang tadinya hanya untuk satu tahun, tetapi
diperpanjang dua tahun karena tenaganya masih diperlukan untuk konsultasi pengelolaan
program USAid dalam bidang desentralisasi.
Di
sana, ibu Dewinta Illinia, Adwin Haryo Indrawan dan Luqman Indra Pambudi dari
perkawinan dengan Tony Sumartono ini, banyak memberikan saran dan nasihat
mengenal bagaimana mendesain program S-2 untuk perkuatan universitas di daerah
maupun progam USAid lainya di Indonesia, terutama di bidang ekonomi. Di samping
itu, ia juga mengajar tentang perekonomian Indonesia dan ekonomi makro di
Georgia University serta banyak melakukan riset dan menulis buku. Bukunya belum
selesai. Topiknya tentang Krisis Ekonomi dan Implikasi pada Pengelolaan Utang
Publik. Seperti halnya di Indonesia, di Amerika juga sering mengikuti seminar,
tetapi lebih banyak masalah internasional daripada Indonesia. Sangat banyak
yang mengundangnya untuk seminar, seperti dari USINDO, USAid, University of
California San Diego, IMF, World Bank Asia Pacific Departement, University of
Columbia, Negara Belanda, Minister of Planning dan sebagainya. Lupa, saking
banyaknya.
Topiknya
pun bervariasi, dari economic up date, desentralisasi dan otonomi,
institutional reform, program IMF, governance dan antikorupsi, masalah konflik
di Indonesia dan dunia, dan lain – lain. Tentang filosofi hidup, ia mengatakan
hidup hanya sementara. Maka kalau bisa ia hanya ingin melakukan yang terbaik
dan memberikan yang terbaik kepada bangsa, negara, agama dan keluarga. Serta
ingin menikmati hidup berguna dan bahagia ini pula, ia getol pula mempelajari
psikologi. Ia mengaku sudah sangat lama tertarik pada psikologi. Bahkan dulu ingin
masuk fakultas psikologi daripada fakultas ekonomi, karena senang mempelajari
tingkah laku dan sifat manusia. Ia senang psikologi karena bisa memahami secara
lebih baik sifat dan karakternya sendiri maupun anak – anaknya. Sangat
menyenangkan mempelajari bagaimana mereka berkembang dan berubah seiring dengan
usia. So excited dan sangat menakjubkan. Sementara, menurutnya, ekonomi banyak
bicara tentang tingkah laku pelaku ekonomi, seperti konsumen dan produsen,
bahkan juga pemerintah.
Kepribadiannya
yang lugas dan cerdas, telah mengantarkannya kepada pergaulan yang sangat luas.
Ia disenangi banyak orang di dalam dan luar negeri. Tak heran bila pada awal
oktober 2002 lalu ia terpilih menjadi Executive Director Dana Moneter
Internasional (IMF) mewakili 12 negara di Asia Tenggara (South East Asia / SEA
Group), menggantikan Dono Iskandar Djojosubroto. Dia menjadi perempuan pertama
di Indonesia menduduki posisi itu. Posisi itu mungkin tak asing baginya karena
sebagai ekonom selama ini ia banyak berurusan dengan IMF, kebijakan IMF, dan
dekat dengan orang – orang IMF. Namun, kesan yang mungkin akan sulit dihindari
adalah dengan jabatannya yang baru ini pula tampaknya ia menjadi tak leluasa
lagi mengkritik keras kebijakan, baik pemerintah maupun IMF. Sehubungan dengan
jabatannya yang baru, penggemar warna hitam, putih dan pastel, yang juga
menjabat komisaris independen di Unilever Indonesia dan Astra Internasional,
ini harus pindah dari kawasan Dunwoody, Atlanta bagian utara, yang menjadi
tempat tinggalnya setahun terakhir (2001 – 2002), ke Washington DC sekitar 1,5
jam dengan pesawat dari Atlanta.
Sebab
sejak 1 November 2002, ia berkantor di lantai 13 gedung markas pusat IMF di 19th
Street, NW, Washington DC, Maryland, dengan jabatan Executive Director
IMF. Baginya, jabatan baru ini adalah tanggung jawab yang harus diemban untuk
memenuhi harapan para pemilih dan pendukung, terutama publik. Ia merupakan
perempuan kedua pada posisi itu, setelah seorang perempuan dari Thailand pernah
menjabat untuk masa dua tahun. Penunjukkannya juga di luar kebiasaan. Selama
ini sudah ada semacam kesepakatan antara Bank Indonesia (BI) dan pemerintah
bahwa jabatan itu merupakan hak BI. Rupanya BI berkenan melepaskan haknya untuk
mencari orang yang tepat dan paling baik untuk mewakili kepentingan Indonesia
di dunia internasional, terutama IMF.
“Pencalonan
saya oleh Menkeu yang juga Mantan Deputi Gubernur BI tentu sudah melalui
konsultasi dan berbagai proses pendahuluan yang mungkin dianggap terbaik untuk
kepentingan Indonesia secara keseluruhan dan bukan kepentingan satu – satu
institusi, apalagi kepentingan perseorangan,” kata lulusan doctor ekonomi dari
University of Illinois Urbana-Champaign, U.S.A (1990 – 1992) ini. Ia mengemban
tugas mewakili 12 negara anggota SEA Group di IMF. Tugasnya sebagai executive
director terkait dengan pengambilan keputusan (to execute). Untuk menentukan
berbagai program dan keputusan (action) yang harus di ambil IMF. Jadi ia tidak
hanya mewakili kepentingan Indonesia. Namun mewakili kepentingan negara - negara anggota di lembaga IMF maupun forum
internasional yang relevan. Posisi Executive director memberinya kekuasaan
penuh untuk bicara dan menyuarakan pemikiran, pertimbangan, maupun keprihatinan
negara – negara di kawasan Asia Tenggara, yang kebanyakan masih dalam kondisi
berkembang dan miskin.
Dengan
demikian ia juga mempunyai kewenangan untuk melihat dan mengevaluasi, baik
kondis perekonomian Indonesia maupun cara operasi dan prioritas program IMF di
dunia. Serta mempunyai banyak kesempatan untuk ikut memperbaiki orientasi
program IMF di banyak negara maupun mengatasi dan ikut menyelesaikan masalah
global, terutama yang berhubungan dengan arsitektur keuangan dunia, governance,
serta berbagai perkembangan dan pembangunan institusi yang diperlukan negara yang
ingin bergabung dalam sistem global yang penuh risiko dan ketidakpastian.
Dengan jabatan barunya, ia terpaksa meninggalkan pekerjaan mengajar dan
berbagai tugas lainnya termasuk di perusahaan swasta sebagai komisaris. Karena
posisi executive director di IMF adalah pekerjaan full fime dan tidak boleh
memiliki keterikatan lain yang bisa menimbulkan konflik kepentingan.
Banyak
orang merasa yakin, bahwa ia akan dapat menjalankan tugasnya dengan baik di
IMF. Sebab selama ini ia dikenal sangat dekat dengan orang – orang IMF. Namun
terlepas dari soal kedekatan secara pribadi itu, menurutnya yang lebih penting
adalah kedekatan institusi. Menurutnya, institusi IMF memilki pendekatan cukup
baku dengan pemerintahan yang menjalankan programnya. “Bahwa hubungan pribadi
bisa menolong atau membebani program, secara resmi saya rasa ada standard dan
acuan yang baku dalam menilai, mengevaluasi dan menentukan sikap IMF terhadap
negara penerima bantuan program,” katanya. Mengenai adanya pandangan negatif
yang timbul dan tenggelam di Tanah Air berkaitan dengan keberadaan dan peran
IMF di Indonesia, ia mengatakan, “Sebatas pandangan untuk mencerdaskan bangsa
kita dan mendidik bangsa kita dalam menentukan sikap, saya rasa wajar dan
sehat. Yang tidak sehat kalau pandangan ini berimplikasi pada pandangan dunia
internasional terhadap komitmen dan kesungguhan pemerintah dalam menerima dan
melakukan reformasi ekonomi.”
Sementara
tanggapannya terhadap teori atau evaluasi mantan ekonom Bank Dunia Joseph
Stiglitz tentang krisis Asia dan resep IMF yang dinilai memperparah krisis,
seperti terjadi di Indonesia melalui penutupan 16 Bank tahun 1998, ia
menyarankan lebih baik membaca laporan Independent Evaluation Office serta
perlu melakukan refleksi baik terhadap keputusan yang diambil saat krisis mulai
terjadi tahun 1997 – 1998. Menurutnya, kita tidak boleh melupakan seberapa
kemungkinan dan keleluasaan yang dihadapi pemerintah maupun IMF dalam mendesain
dan menetukan program. Kebijakan kontraktif fiskal yang disarankan IMF pada
masa krisis dilandasi pemikiran bahwa pemerintah dalam kondisi memburuk, baik
secara politik maupun secara fiskal. Sehingga respons yang harus dilakukan
adalah melakukan penghematan.
Tentu
ini akan berakibat pada kontraksi ekonomi yang mungkin memperburuk baik lapisan
berduit maupun kelompok miskin. Dengan pertimbangan ini, diperlukan kebijakan
komplementer untuk melindungi kelompok miskin dan paling rapuh agar tidak
mengalami pemburukan sepanjang krisis. Namun, ekspansi fiskal jelas bukan tanpa
batas. Maka, kalau dilihat setelah diperbolehkan ekspansi fiskal yang terukur,
Indonesia harus kembali mulai mengetatkan fiskalnya untuk memperbaiki
kesinambungan kondisi anggaran pemerintah.
Ia
melihat pendapat Stiglitz dan IMF akhirnya akan bermuara pada kapan waktu yang
tepat untuk melakukan kebijakan makro, fiskal dan moneter, yang sesuai dengan
kondisi dan persoalan yang dihadapi suatu perekonomian. Perihal rencana
Indonesia menghentikan kontrak dengan IMF akhir 2003, ia mengatakan semua
negara ingin segera terlepas dari program IMF, karena itu berarti negara itu
sudah sehat dan mampu berjalan mandiri dan mampu mendapatkan kepercayaan
internasional dalam pengelolaan ekonominya.
Kedutaan
negara dalam pengelolaan ekonomi bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan dan
kemakmuran bangsa yang harus diraih dengan kerja keras, disiplin tinggi,
komitmen dan tanggung jawab yang terbukti dan teruji dalam proses waktu dan
dalam berbagai episode, berbagai kesempatan dan kejadian. Secara teknis,
ekonomi bisa dilihat dan dihitung dari kondisi fiskal, nerace pembayaran dan
moneter untuk menentukan apakah keputusan memutuskan program IMF tahun 2003
memang baik dan tepat bagi Indonesia. Namun, katanya, bila keputusan itu sudah
dilakukan secara politik dan tidak melalui proses kalkulasi teknis yang teliti
dan hati – hati, artinya Indonesia harus kerja ekstra keras untuk bisa
menghindari situasi yang tidak baik pada tahun 2003. Artinya mulai sekarang
pemerintah, DPR, dan lembaga yudikatif harus kerja keras agar tahun 2003
kondisi fundamental kita memang makin kuat dan membaik sehingga keputusan
politik itu bisa terjadi dan terealisir tanpa menimbulkan resiko bagi rakyat.
Karier
Pendidikan
§
Sarjana Ekonomi di Universitas Indonesia
Jakarta, Indonesia. (1981 – 1986)
§
Master of Science of Policy Economics di
University of Illinois Urbana Champaign, U.S.A (1988 – 1990)
§
Ph.D of Economics di University of Illinous
urbana Champaign, U.S.A (1990 – 1992)
Specialisasi Penelitian
§
Ekonomi Moneter dan Perbankan
§
Ekonomi Tenaga Kerja
Pengalaman Kerja
§
Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan
Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI), juni 1998 –
sekarang
§
Narasumber Sub Tim Perubahan UU Perbankan, Tim
Reformasi Hukum – Departemen Kehakiman RI, Agustus 1998 s/d Maret 1999
§
Tim Penyelenggara Konsultan Ahli Badan Pembinaan
Hukum Nasional Tahun 1999 – 2000, Kelompok Kerja Bidang Hukum Bisnis, Menteri
Kehakiman Republik Indonesia, 15 Mei 1999 – Sekarang.
§
Anggota Tim Asistensi Menteri Keuangan Bidang
Keuangan dan Moneter, Departemen Keuangan RI, Juni 199 s/d sekarang.
§
Dewan Juri Lomba Karya Ilmiah Remaja LIPI – TVRI
XXXI, Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial, Kebudayaan dan Kemanusiaan, terhitung 1
April 1999 – sekarang.
§
Anggota komisi pembimbing mahasiswa S3 atas nama
sdr, Andrianto Widjaja NRP. 95507 Program Dokter (S3) Program Studi Ilmu
Ekonomi Pertanian, Institute Pertanian Bogor, Juni 1998
§
Ketua I Bidang Kebijakan Ekonomi Dalam dan Luar
Negeri serta Kebijakan Pembangunan, PP Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI)
1996 – 2000
§
Kepala Program Magister Perencanaan Kebjakan
Publik – UI, 1996 – Maret 1999
§
Wakil Kepala Bidang Penelitian LPEM FEUI, Mei
1995 – Juni 1998
§
Wakil Kepala Bidang Pendidikan dan Latihan LPEM
FEUI, 1993 – Mei 1995
§
Research Associate, LPEM FEUI, 1992 – sekarang
§
Pengajar Program S1 & Program Extension
FEUI, S2, S3, Magister Manajemen Universitas Indonesia, 1986 – Sekarang.
§
Anggota Kelompok Kerja – GATS Departemen
Keuangan, RI 1995
§
Anggota Kelompok Kerja Mobilitas Penduduk,
Asisten IV Menteri Keuangan Kependudukan, BKKBN, Mei – Desember 1995
§
Staf Ahli Bidang Analisis Kebijaksanaan
OTO-BAPPENAS, 1994 – 1995
§
Asisten Profesor, University of Illinois at
Urbana, Champaign, USA, 1990 – 1992
§
Asisten Pengajar Fakultas Ekonomi – Universitas Indonesia,
1985 - 1986
TOGEL KLIK4D bersama B O L A V I T A
BalasHapusMemiliki Pasaran Paling Terkenal >> Singapore - Kuala Lumpur - Hongkong << Dengan Diskon Terbesar Dan Minimal Deposit Hanya 50rb dengan Support Semua Bank Indonesia
Segera Bergabung Bersama kami Sekarang Juga !
BBM : BOLAVITA
WA : 081377055002